Rabu, 29 Juli 2015

FAKTA-FAKTA SISA KERAJAAN SRIWIJAYA 


Setiap kita membaca sejarah tentang Kerajaan Sriwijaya, yang selalu tertulis adalah tentang kebesarannya yang hampir tidak ada sisanya. Berbeda dengan kerajaan-kerjaan di pulau jawa yang meninggalkan banyak prasasti bahkan bekas keraton kerjaan, maka Sriwijaya hampir tidak ada yang tersisa.
Tulisan berikut ini mencoba menguak kebesaran Kerajaan sriwijaya yang tersisa, diantaranya:
Masyarakat Betawi
Banyak tulisan yang mengangkat masyarakat betawi, namun akan lebih banyak mengenai derajat sosial masyarakat tersebut di Ibu Kota, Masyarakat Betawi yang merupakan suku asli Kota Jakarta terkadang dipertanyakan asal-usulnya terutama saat masyarakat Betawi berteriak tentang hak-hak nya sebagai suku asli di Ibu Kota. Para wartawan yang menulis sempat menyatakan bahwa sebenarnya masyarat betawi sendiri adalah pendatang di Jakarta, tentunya sebelumnya daerah ini bernama Jakarta, betapa tidak bahasa yang digunakan masysrakat betawi tidak sedikitpun mirip bahasa dari masyarakat yang tidak terbantahkan sebagai penduduk asli pulau jawa yaitu bahasa Sunda dan Jawa.
Darimanakah asal Masyarakat Betawi?
Sesuungguhnya masyarakat Betawi adalah salah satu Sisa kebesaran kerajaan Sriwijaya.
Benarkah?
Jakarta pada zaman daholoe merupakan tatar sunda dibawah kerajaan Tarumanegara dengan rajanya yang terkenal Raja Purnawarman pada abad ke-4 hingga ke-7 Masehi, kerajaan ini bergama hindu.
Kendati beberapa literatur sejarah mengisahkan bahwa kerajaan Sriwijaya didiirikan oleh keluarga kerajaan di jawa, diantranya disebutkan sebagai keturunan dari Dianasti Saylendra, juga ada yang mengisahkan bahwa Sriwijaya didirikan oleh keluarga atau masih memiliki kekerabatan dengan keluarga raja Tarumanegara, dimana  putri Sobakencana anak dari Raja Ke-12 Tarumanegara yaitu Linggawarman menjadi istri dari Dapunta Hyang Sri Jayanasa, raja kerajaan Sriwijaya waktu itu.
Kendati sulit dicari kebenarannya, namun pada kenyataan Kerajaan Sriwijaya itu menganut agama Budha dan kerajaan Tarumanagara menganut agama Hindu, suatu yang sulit dipersatukan.
Penyatuan Nusanatara oleh Siwijaya, diantaranya dengan menaklukan kerajaan Tarumanegara di tatar sunda dan memerangi dinasti Airlangga di tanah jawa.
Saat panaklukan Tarumanegara inilah Bala pasukan maritim Sriwijaya membuat pemukiman tentara di pantai pelabuhan yang saat ini bernama Jakarta, bala pasukan tentara Sriwijaya yang pemberani ini adalah berasal dari masyarakat asli disekitar kota Palembang saat ini, masyarakat di bantaran sungai Musi yaitu Musi Bayu asin yang berhasa menggnakan huruf "E" dan masyarakat disepanjang sungai Ogan yaitu suku Pegagan yang juga sama menggunakan bahas dengan akhiran huruf "E", hal ini juga bisa ditelusuri dengan penemuan perahu kuno yang diperkirakan ada sejak masa awal atau proto Kerajaan Sriwijaya di Desa sepanjang Sungai.
Kendati bala prajurit Sriwijaya tersebut sudah membaur dengan banyak etnis lain terumata sunda, Cina, Arab dan Jawa, namun berbagai adat dan kebiasaan masyarakat betawi yang merupakan dasar dalam kehidupan sehari-harinya sama dengan kedua suku di Palembang itu.
Diantara kebiasaan tersebut: Bahasa menggunakan akhiran kata "E", membawa Golok/pisau, Berbicara lantang, seni budaya bela diri, sikap dan kepribadiannya, acuh, kurang mengagungkan leluhur (terkadang nama kakeknya & neneknya pun lupa atau tidak tahu sama sekali), berani (emosional), dsb.
Namun, hingga kini kedua masyarat tersebut tidak pernah ada kontak walau para budayawan-nya sekalipun, mungkin ini terkait salah satu ciri khas nya yang acuh itu tadi, hehehehe. 

Fakta Lain
Berbeda dengan masyarakat betawi dikisah diatas, masyarakat Malaysia justru menulis tentang Sriwijaya dan Palembang yang tidak terpisahkan dengan sejarah tanah Malaysia.
Kendati sering kita mendengar sejarah di Malaysia yang rancu tentang dua Kerjaan berbeda di tempat yang sama ini (Sriwjaya vs Palembang), sejarah Malaysia cenderung mengisahakan bahwa Palembang adalah Sriwijaya yang sudah menjadi Mualaf, bahkan Raja Parameswara salah satu Raja Sriwijaya yang terkenal dikisahkan menjadi mualaf dan menetap di Malaysia serta mendirikan kerajaan Malaka dan Johor.
Padahal sebenarnya Kerajaan Sriwjaya (600-1025) dan Kesultanan Palembang (1445) adalah dua kerajaan yang hidup dalam periode sejarah yang berbeda, Kerajaan Sriwijaya sudah hancur ratusan tahun barulah berdiri Kesultanan Palembang.
Jadi sebenarnya Malaysia dan Singapura pernah di kuasai dan menjadi bagian 2 kerajaan berbeda pada periode yang berbeda yang berasal dari tempat yang sama yaitu kerajaan dari kota Palembang.

Semoga, tulisan ini yang hanya merupakan opini dari perjalann hidup penulis yang lahir di Palembang dan hidup di jawa serta tinggal di Jakarta, dapat menambah wacana sejarah. . . ..   silakan menambah dan melengkapi tulisan ini.
Misalkan hubungan antara Kesultanan Palembang dengan Kerajaan Sriwijaya, apa iya kesultanan Palembang dibangun dari sisa kerajaan Sriwijaya, karena sejarah yang ada selama ini menulis bahwa sebagaimana juga kesultanan Banten, maka kesultanan Palembang juga didirikan atauterakit dengan kerajaan demak dan cirebon (sebagai kerajaan islam tertua), diantaranya Raden Fatah yang sempat tinggal Palembang dan menjadi raja demak.

Bisa jadi hsitorisnya begini: Kerajaan Sriwijaya (600-1030 Masehi), Setelah Sriwijaya kalah dan ditaklukan oleh kerajaan Cola dari Koromandel (India Selatan), kemudian Timbul Kerajaan Melayu Dharmasraya di jambi (1130-1300) sebagai pelarian dari Keluarga Kerajaan Sriwijaya, kemudian Keuarga kerajaan Dharmasraya memindahakna kerajaan ke Pagaruyung (1300-1347) di sumatera barat, Anak Raja Pagaruyung menjadi penguasa Palembang yaitu Demang Lebar Daun (1347-1400), Setelah itu baru berdiri Kerajaan Pelembang (1445) pernikahan putri Demang Lebar Daun dan Putra dari Raja Brawijaya V Majapahit.
  

   


2 komentar:

  1. maaf kak pagaruyung sendiri dibentuk oleh sri maharaja diraja(anak radja alim)cucu radja segentar alam sedangkan yang menjadi demang lebar daun adalah keturunan dari srimaharaja mufti paman sri maharaja diraja yang keturunannya melarikan diri ke ranah minang dan mendirikan kerajaan pagaruyung karena saat akan diangkat menjadi raja di palembang tidak melalui musyawarah dari pamannya yaitu raja mufti sehingga sri maharaja diraja melarikan diri ke ranah minang ketimbang harus melakukan perang saudara dengan pamannya sendiri

    BalasHapus
  2. Bisa jadi demikian, ada sumbernya?
    Tapi yang pernah sy baca:
    - Setelah sriwijaya-Darmasraya-Pagaruyung-Palemabang,
    - Setelah Siiwijaya, wilayah palembang menjadi bagian kerajaan Darmasraya
    - Sebelum Kesultanan Palembang, wilaya Palembang diislamkan dan dikuasai atau menjadi bagan dari kesultanan Pagaruyung
    - Demang lebar dau adalah penguasa Pelambang dari kesultanan Pagaruyung
    - Kesultanan Palembang baru ada setelah pernikahan dg putri dari demang lebar daun dg pangeran dari Majapahit

    BalasHapus